Vegetasi
Pantai :
Vegetasi
pantai dapat dijumpai di sekitar Teluk Sukamade dan Teluk Meru.
Vegetasi ini terdiri dari formasi Prescaprae dan formasi Baringtonia.
Formasi Prescaprae terdiri dari tumbuhan rendah yang didominasi oleh
jenis herba, sebagian tumbuhan menjalar dan jenis yang paling banyak
adalah ubi pantai (Ipomoea prescaprae) dan rumput lari (Spinifex
squarosus). Formasi Baringtonia terdiri dari keben (Baringtonia
asiatica), nyamplung (Calophyllum inophyllum), waru (Hibiscus
tiliaceus), ketapang (Terminalia catappa), pandan (Pandanus tectorius)
dan lain-lain. Jenis-jenis tumbuhan yang dominan adalah Ipomea pescaprea, Svinivax
litoralis, Terminalia cattapa, Pandanus
sp, Casuarina equisetifolia . Formasi pantai antara
lain formasi Barringtonia yang ditandai oleh keben (Barringtonia asiatica), ketapang (Terminalia catappa), nyamplung (Calophyllum inophyllum), dll. Formasi vegetasi hutan pantai
terdiri dari 2 tipe utama yaitu formasi ubi pantai (Ipomea pescaprae), dan formasi Barringtonia (25 - 50 m) pada daerah pantai yang landai dan
akan berkurang luasnya jika pantainya terjal dan berbatu.
Gambar vegetasi pantai
Jenis
yang paling banyak adalah ubi pantai (Ipomoea pescaprae) dan rumput lari (Spinifex squarosus). Formasi Baringtonia terdiri dari keben (Baringtonia asiatica), nyamplung (Calophyllum inophyllum), waru (Hibiscus tiliaceus), ketapang (Terminalia catappa), pandan (Pandanus tectorius) dan lain-lain.
Vegetasi
Payau :
Vegetasi
ini dapat dijumpai di bagian timur Teluk Rajegwesi yang merupakan muara
Sungai Lembu dan Karang tambak, Teluk Meru dan Pantai Sukamade
merupakan vegetasi hutan yang tumbuh di garis pasang surut. Jenis-jenis
yang mendominasi adalah bakau (Rhizophora sp.), api-api (Avicenia sp.)
dan tancang (Bruguera sp.). Semua jenis pohon yang terdapat dalam
formasi vegetasi ini mempunyai bentuk akar yang spesifik. Di muara
sungai Sukamade terdapat formasi nipah (Nypa fruticans) yang baik
formasinya.
Vegetasi
Rawa :
Vegetasi
ini dapat dijumpai di belakang hutan payau Sukamade. Jenis-jenis yang
banyak dijumpai diantaranya sawo kecik (Manilkara kauki), rengas (Gluta
renghas), pulai (Alstonia scholaris), dan kepuh (Sterculia foetida). Flora terdiri
dari tanaman mengapung seperti: Pistia, Nymphoides, sebagian lagi tanaman yang dalam air seperti Ottelia dan Hydrilla.
gambar vegetasi rawa
Sebagian
lagi tanaman yang berakar didalam lumpur dan bagian tanaman lainnya
terdapat diatas air. Termasuk yang terakhir adalah kebanyakan Cyperaceae seperti Elocharis. Beberapa tanaman mengakhiri umurnya dengan
mengapung seperti Nymphaea: juga Nelumbium tetapi tanaman ini mempunyai
akar rimpang yang dalam lumpur. Nelumbium
tidak
berasal dari Indonesia, asalnya adalah Asia. Tumbuhan-tumbuhan laian
yang menarik yaitu Eichhornia, tanaman yang mengapung berasal dari
Amerika. Meskipun tanaman ini di Indonesia tidak membentuk buah, mereka
toh berkembang secara vegetatif denga sangat cepat.
Vegetasi
Gambut
Lahan
gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang dibentuk oleh adanya
penimbunan/akumulasi bahan organik di lantai hutan yang berasal dari
reruntuhan vegetasi di atasnya dalam kurun waktu lama. Akumulasi ini
terjadi karena lambatnya laju dekomposisi dibandingkan dengan laju
penimbunan bahan organic di lantai hutan yang basah/tergenang tersebut.
Seperti gambut tropis lainnya, gambut di Indonesia dibentuk oleh
akumulasi residu vegetasi tropis yang kaya akan kandungan lignin dan
nitrogen. Karena lambatnya proses dekomposisi, di ekosistem rawa gambut
masih dapat dijumpai batang, cabang dan akar besar (Murdiyarso et al,
2004). Secara ekologis, hutan rawa gambut merupakan habitat bagi spesies
langka orangutan (Pongo
pygmaeus) baik di Sumatera
maupun Kalimantan, pemijahan ikan, reservoir air, yang ditumbuhi oleh
vegetasi hutan hujan selalu hijau (evergreen), serta sumber pencaharian penduduk sekitar.
Gambar
vegetasi gambut
Pembentukan
gambut di beberapa daerah pantai Indonesia diperkirakan dimulai sejak
zaman glasial akhir, sekitar 3.000 - 5.000 tahun yang lalu. Untuk gambut
pedalaman bahkan lebih lama lagi, yaitu sekitar 10.000 tahun yang lalu
(Brady, 1997). Jika dilakukan drainase atau reklamasi, gambut
berangsur-angsur akan kempes dan mengalami subsidence/ambelas yaitu
penurunan permukaan tanah. Kondisi ini disebabkan oleh proses pematangan
gambut dan berkurangnya kandungan air. Lama dan kecepatan penurunan
tersebut tergantung pada kedalaman gambut. Semakin tebal gambut,
penurunan tersebut semakin cepat dan berlangsungnya semakin lama.
Rata-rata kecepatan penurunan adalah 0,3-0,8 cm/bulan, dan terjadi
setelah 3-7 tahun setelah drainase atau pengolahan tanah (Najiyati et
al, 2005).
Vegetasi
Hutan hujan dataran rendah (lowland
rain forest)
Komposisi
flora hutan hujan dataran rendah agak bervariasi ditandai jenis yang
dikenal dengan mussaendopsis
beccariana, ficus sp, myristica sp, pterospermum, canangium odoratum,
arenga pinatta, arenga sp, dan
lain-lain. Vegetasi
pada hutan hujan dataran rendah ini meliputi kurang dari 10 % dari luas
TNLL dan terutama dapat dijumpai pada jalur sempit yang terbentang
sepanjang batas utara dan barat pada ketinggian antara 200 sampai 1.000 m
komposisi tumbuhan dari zona ini agak beraneka ragam, tidak dijumpai
jenis tertentu yang dominan. Ciri vegetasi ini ditandai oleh adanya
pohon yang dikenal sebagai Pawa (Rubiaceace), Ntrode (Pterospermun celebicum), Ndolia (Cananga odorata), Ngkera (Horsfieldia sp), Lawedaru (Knema
atau Myristica) dan juga Palma saguer (Arenga pinata) dan take (Arenga
undulatifolia), Mpire (Caryota sp). Pada umumnya jenis tumbuhan tersebut
tidak terdapat pada ketinggian lebih dari 1.000 m .
Jenis tumbuhan lain yang diketemukan dalam zona
vegetasi ini adalah Tahiti (Disoxyllum
sp), Uru (Elmerillia atau Manglietia), Luluna (Celtis
sp), Maro (Garcinia sp), Kaupahi, Dango (Carralia brachiata), Palili (Lithocarpus sp), Nuncu (Ficus sp),
Tingaloko (Leea sp), Tea Uru (Artocarpus sp), Huka (Gnetum gnemon), Pangi (Pangium edule), Kau mpangana (Ardisia). Di beberapa tempat juga terdapat Vatica sp (Dipterocarpaceae) Durio
zibethinus (durian), Duabanga moluccana (Lekotu) dan Octomeles sumatrana
(benoang). Vegetasi ini bergabung dengan vegetasi sekunder yang tumbuh
setelah hutan asli dibuka untuk perladangan dan kemudian ditinggalkan.
Komposisi tumbuhan dari vegetasi sekunder ini bervariasi menurut umur
serta lokasi tegakan. Secara umum dalam tahun pertama setelah ladang
ditinggalkan muncul kemudian rumput-rumput dan jenis tumbuhan yang tak
berkayu. Pada tahun kedua atau ketiga, herba penutup ini akan diganti
oleh semak belukar yang lebat, yang didominasi oleh walobira (Melastoma malabathricum) dan atau hinduru (Villebrunnea sp). Jenis pohon yang kelak menggantikan semak
belukar ini diantaranya wulaya (Trema
orientalis), hinanu (Callicapra), kuo (Alphitonia zizyphoides), paili (Lithocarpus).
Jenis-jenis ini dapat membentuk suatu tegakan campuran, atau tegakan
yang didominasi oleh beberapa jenis saja, tetapi bisa juga masing-masing
menguasai areal tertentu untuk membentuk suatu tegakan murni. Sebagai
tambahan bahwa tanah terbuka yang dibiarkan sesudah longsor terjadi,
mungkin langsung seluruhnya diambil alih oleh (Casuarina sumatrana atau
Pigaffeta elata)
Vegetasi
Hutan hujan pegunungan (mountain
rain forest)
Hutan
hujan pegunungan yang merupakan 90 % dari luas seluruh areal TNLL
didominasi jenis vegetasi seperti misalnya castanopsis asgentea, lithocarpus sp. Juga terdapat beberapa jenis yang agak
terbatas jumlahnya seperti misalnya podocorpus, elacorpus, adinandra, listea,
callohyllun, eucaliptus deglupta dan lain-lain.
Pada
vegetasi hutan hujan pegunungan, karena lebih dari 90 % dari TNLL ini
berada pada ketinggian di atas 1.000 m (antara 1.000 - 2.600 m), maka
bagian terbesar vegetasi yang menutupi Taman Nasional ini adalah hutan
hujan pegunungan. Vegetasi di zona ini ditandai oleh adanya dominasi
dari jenis pohon tertentu seperti kaha (Castanopsis argentea), palili bohe, palili nete, palili pence (Lithocarpus sp) dan berbagai jenis Syzigium. Jenis lain yang juga terbesar tetapi kurang
begitu umum ditemukan adalah jenis-jenis dari Podocarpus, Elaeocarpus, Adinandra, Lasianthus,
Cinnamomum, Letsea, Callophylium. Salah satu pohon yang tajuknya terbesar yaitu
Aghatis celebica dan Agathis
philippinensis
biasanya terdapat dalam suatu tegakan atau sebagai individu-individu
yang tersebar pada punggung bukit di atas ketinggian 1.500 m,
bersama-sama dengan Phyllocladus
hypophyllus dan Pandanus sp, Litsea sp. Vegetasi jenis lain yang mendominasi kawasan
ini adalah
Rhododendron sp (R. malayanum, R.celebicum dan R. Zollingerii), dan
Vaccinium sp.
Vegetasi
Dataran Tinggi
Jenis
vegetasi yang dapat ditemukan di daerah dataran tinggi misalnya:
h
utan
cemara
Gambar hutan cemara
Bercabang lurus, berdaun jarum, bercabang pendek. Pohon berjenis
sedikit ini berdiri tegak. Bentuk kerucutnya beradaptasi dengan angin
besar dan badai salju. Tumbuhan ini tumbuh secara tersebar. Hutan ini
juga dapat menghasilkan buah berbentuk kerucut. Spesies utamanya ;
Firpine, Spruce, Cedar dan Cypress.
Savana
Gambar hutan savana
Pohon tumbuh dengan jarak yang jauh antara satu dengan lainnya,
juga ditumbuhi dengan semak dan rumput yang tingi. Pohon yang tinggi,
yang sedang berbentuk paying, berdaun kecil dan berduri. Beradaptasi d
engan kondisi yang kering. Rumput mati dimusim kemarau dan tumbuh
kembali dimusim hujan. Pohon baobab dan akasia dapat terus tumbuh
walaupun dalam kondisi kekeringan . habitat pohon dan rumput sangat
disukai oleh hewan liar.
kalo sungai vegetasi apa?
BalasHapusCasino Bonus Codes & Promo Codes - JTGHub
BalasHapusSignup today 경주 출장안마 and 경주 출장안마 get the latest promo codes for Casino Bonus & Free Play at JTGHub.com. 문경 출장마사지 Get exclusive 서귀포 출장안마 casino 경상북도 출장안마 bonus, promo codes & promos.